Jangan Menunda untuk Menulis


Melihat begitu banyaknya orang yang antusias pada gerakan yang saya buat,One Day One Post, saya sampai pada kesimpulan sederhana, bahwa ternyata banyak loh orang yang ingin bisa menulis. Terlepas nanti akan menerbitkan buku atau sekedar menyalurkan hobi, itu tidak penting. 

Saat ini, One Day One Post sudah dua gelombang. Gelombang pertama, awalnya ada sekitar 100 orang anggota. Tapi sekarang, tinggal 52 orang dan itu juga tidak semuanya bisa mengikuti tantangan yang saya berikan tiap bulan. 

Sedangkan One Day One Post gelombang 2, ada sekitar 98 anggota. Sebagian besarnya masih aktif mengikuti tantangan yang saya sodorkan. Baru selesai bulan pertama, sekarang sedang memasuki bulan kedua. Tentu saja, saya berharap semuanya akan tetap bersemangat hingga bulan keempat. 

Saya akui, menulis setiap hari dan mempostingnya di blog bukanlah perkara mudah. Mengapa? Karena kita punya kesibukan setiap hari, punya pekerjaan demi anak istri, punya kewajiban melayani suami, atau kesibukan lain yang selalu menyita waktu hingga penuh sehari. Maka wajar saja, jika di bulan-bulan kedua dan ketiga, satu demi satu anggota mulai balik kanan dan angkat kaki. 

Di One Day One Post, keseriusan dan komitmen dibutuhkan. Dan tujuan utama dari kegerakan ini sebenarnya ya itu saja: menanamkan kebiasaan menulis setiap hari kepada anggotanya. Just it! 

Masalah nanti tulisannya akan menjadi bagus dan banyak diminati, maka anggap saja bonus. Dan lumrahnya memang seharusnya demikian. Barangsiapa yang sudah menulis setiap hari, sesering mungkin, maka pasti tulisannya juga pasti akan bagus dengan sendirinya. 

Nggak percaya? Monggo coba saja, segera tanamkan tekad dan menulislah setiap hari. 

Salah satu tekad dan komitmen yang harus ada di gerakan ini adalah sikap tidak menunda-nunda menulis. Ini bahaya. Jika boleh mengibaratkan, menunda menulis itu sama saja menenggak racun sedikit demi sedikit. Racun ini akan menjadi residu di dalam dada dan tinggal disana. Hingga tanpa kita sadari, waktu sudah berjalan lama, tapi kita tidak kemana-mana. 

Menulis adalah pekerjaan jangka panjang dan kita tidak boleh menunda-nundanya. Semakin lama kita menunda, maka mimpi untuk menjadi penulis yang sudah didamba, boleh jadi nggak akan pernah ada. 

Menerbitkan buku, baik indie atau mayor, butuh proses yang tidak sebentar. Kita harus menyelesaikan naskahnya (ini bisa memakan waktu berbulan-bulan jika kita malas), setelah selesai, kita harus endapkan. Jika sudah, maka baca lagi dan edit. Bagaimanapun, editing ini perlu. Karena kita tentu tidak ingin naskah yang masih mentah ini yang kita kirimkan, bukan?

Setelah diedit, kita masih harus mengirimkan ke penerbit. Dan butuh waktu hingga 3 bulan minimal hingga kita mendapatkan jawaban. Bisa diterima, bisa tidak. 

Lihat, lama sekali bukan perjalanan sebuah buku untuk sampai ke mesin percetakan? Maka, sekali lagi, jangan sampai kita menunda-nunda menulis. Segera selesaikan naskah yang akan dibukukan dan ikuti semua proses yang harus dijalani dengan baik dan benar. 

Oh iya, selain jangan menunda-nunda menulis, seseorang yang ingin menjadi penulis seharusnya juga harus serakah membaca. Jangan nulis terus tapi nggak pernah baca ya! Itu nggak baik!

sumber: bangsyaiha

0 Response to "Jangan Menunda untuk Menulis"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Bawah Artikel