Minyak goreng serangga karya mahasiswa Unibraw menang kompetisi pangan dunia


Mahasiswa Universitas Brawijaya menang kompetisi pangan dunia. ©2016 merdeka.com/darmadi sasongko


Mahasiswa Universitas Brawijaya (Unibraw) mengharumkan nama bangsa di dunia internasional setelah memenangkan kompetisi pangan dunia, Thought for Food Challenge (TFF Challenge) di Zurich, Swiss, melalui karyanya yang berjudul 'Biteback, Insect Mineral Oil'.

Penemu Biteback tersebut adalah Musyaroh, Mushab, Anik Haryati dan Mohammad Ifdhol. Meraka adalah mahasiswa jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Unibraw).

Karya mereka berhasil diperoleh sebagai runner up dalam kompetisi yang berlangsung 1-2 April 2016 lalu. Biteback merupakan produk yang diusulkan dalam karya mereka untuk mengatasi salah satu masalah pengan dunia di Tahun 2050 yang akan datang.

Menurut Musyaroh, Biteback yang dibuatnya sebagai pengganti palm oil sekaligus berfungsi untuk mengatasi anemia akibat kekurangan zat besi. Minyak goreng yang selama ini kita pakai adalah berbagan dari kepala sawit. Dalam proses pengadaannya banyak menimbulkan masalah yang lain seperti polusi udara, kebakaran hutan, kebutuhan lahan yang semakin sempit. Dan ongkos produksinya pun terus meningkat dan sangat tinggi. Untuk itu diusulkan Bitback yang merupakan hasil olahan dari larva serangga. Serangga relatif lebih murah dan mudah untuk didapatkan, dibandingkan kelapa sawit. Untuk produksi yang banyak bisa juga dibudidayakan jika kebutuhannya meningkat dikemudian hari. Serangga juga memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian, larva serangga kaya akan zat besi, omega-3 dan omega-6. Kandungan tersebut terbukti untuk mengatasi anemia. Adapun serangga yang mereka pilih adalah berjenis kumbang mealworm. Serangga ini memiliki daur hidup yang cukup cepat serta proses budidaya serangga ini juga tidak membutuhkan biaya mahal, relatif mudah dan tidak membutuhkan waktu lama dan sekitar tiga puluh hari. Dalam masa tiga puluh hari, larva sudah digunakan untuk menghasilkan minyak. Berdasarkan penghitungan mereka dimana 31 ton lava dapat menghasilkan 21 persen minyak goreng siap pakai. Minyak goreng yang dihasilkan berjenis tak jenuh yang lebih baik bagi kesehatan manusia.

TFF Challenge sendiri digelar sejak tahun 2011 yang diikuti dari berbagai negara. TFF merupakan kompetisi business plan tentang masalah pangan dunia di tahun 2050. Moto penyelenggaraannya adalah Breakthrough Ideas to feed 9 billion people.

Selain Tim dari Unibraw, Tim dari Universitas Indonesia juga berhasil lolos ke final TFF Challenge 2016 dan berhasil penyisihkan 416 tim dari 105 negara dan manju sebagai finalis bersama delapan tim yang lain dari AS, Brazil, India, Uganda, Kenya, UK serta Perancis.

Selain Musyaroh dan kawan-kawan, Indonesia juga berhasil meloloskan Tim dari Universitas Indonesia ke final TFF Challenge 2016. Mereka berhasil menyisihkan 416 tim dari 105 negara dan maju sebagai finalis bersama delapan tim lainnya dari Amerika Serikat, Brazil, India, Uganda, Kenya, United Kingdom dan Perancis.

Sebagai runner up TFF Challenge 2016, Tim Biteback berhak membawa pulang USD 5.000 sebagai investasi awal dan berkesempatan mewujudkan program temuannya. Sementara pemenang TFF Challenge 2016 adalah Tim Kulisha asal University of Michigan, USA yang berhak grand prize USD 10.000.

0 Response to "Minyak goreng serangga karya mahasiswa Unibraw menang kompetisi pangan dunia"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Bawah Artikel